Menolak Lupa: Widji Thukul, Aktivis yang Hilang Usai Peristiwa Kudatuli 1996
Dalam sejarah kita tidak asing dengan sosok aktivis yang satu ini, ia yang sering akrab dikenal dengan nama Widji Thukul, (lahir 26 Agustus 1963) yang bernama asli Widji Widodo adalah penyair dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia.
Dia merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru namun pada tanggal 27 Juli 1998, Tukul menghilang dan tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang, muncul dugaan bahwa Thukul diculik oleh militer bersama beberapa aktivis lainnya yang dikuti dari berbagai sumber yaitu Wikipedia, Kompas, dan Juga Detektif Pavon.
Bukan hanya itu, dia juga sebagai aktivis, nama Widji Thukul selama ini dikenal sebagai seorang penulis puisi perjuangan. Yang khas dari puisi Widji Thukul adalah bahwa ia bukan menulis puisi tentang protes, melainkan sosoknya menjadi simbol akan protes itu sendiri. Karena itu, puisinya gampang melebur dalam setiap momen pergolakan dan berbagai aksi protes.
"Salah satu kalimatnya yang sangat terkenal adalah bait terakhir pada puisi berjudul Peringatan, yaitu "Hanya ada satu kata: Lawan!," Paparnya dalam tulisan tersebut.
Dalam Seri Buku Tempo, Prahara Orde Baru Widji Thukul yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia menjelaskan bahwa sebenarnya kata 'lawan' tersebut tak murni ide Widji Thukul. Ia terpengaruh oleh sebuah puisi yang dibuat oleh Pardi, temannya di teater Jagat yang merupakan seorang tukang kebun. Puisi Pardi itu berjudul Sumpah Bambu Runcing.
"Pada sajak Pardi, kalimat Hanya ada satu kata: lawan, yang digunakan untuk sebuah sajak mengenai perjuangan melawan Belanda, oleh Thukul diambil untuk perjuangan buruh," Lanjutnya.
Nama asli Widji Thukul sesungguhnya adalah Widji Widodo. Nama Widodo diubah menjadi Thukul oleh Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh oleh penyair WS Rendra. Widji Thukul berarti biji tumbuh.
Tidak hanya dekat, Widji Thukul bahkan meraih penghargaan pada 1991: Werheim Encourage Award dari Wertheim Stichting Belanda, bersama WS Rendra.
Biodata Widji Thukul :
Widji Thukul lahir dari keluarga penarik becak pada 26 Agustus 1963 di kampung Buruh Sorogenen, Solo.
Setelah lulus SMP, ia melanjutkan pendidikan di Jurusan Tari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, tapi tidak tamat, hanya sampai kelas II. Ia berhenti sekolah untuk bekerja agar adik-adiknya bisa melanjutkan studi.
Pekerjaan pertama Widji Thukul adalah sebagai loper koran. Lalu ia menjadi calo tiket, dan tukang pelitur furnitur di perusahaan mebel. Ia juga mengamen puisi ke kampung dan kota-kota.
Setelah menikah dengan Diah Sujirah alias Sipon pada Oktober 1988, ia hidup membantu istrinya dengan usaha sablon. Kemudian ia menobatkan diri sebagai aktivis pembela buruh.
Nama Widji Thukul ada di barisan demonstran kedungombo, Sritex, dan sejumlah demonstrasi besar di Solo. Lalu, ia bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Peristiwa Kudatuli:
Awal mula hilangnya Widji Thukul tak lepas dari peristiwa 27 Juli 1996 yang dikenal sebagai peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli alias Kudatuli.
Saat itu, PRD yang di bawah pimpinan Budiman Sudjamitko dituding oleh pemerintah melalui Kepala Staf Bidang Sosial dan Politik ABRI Letnan Jenderal Syarwan Hamid, sebagai dalang di balik peristiwa itu.
Sehingga, para aktivis PRD diburu, termasuk Widji Thukul. Ketika itu, Widji Thukul yang berada di Solo sebagai Ketua Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat atau Jaker yang merupakan badan yang merapat ke PRD.
Widji Thukul kabur usai beberapa anggota kepolisian mendatangi rumahnya. Dalam pelarian, Widji Thukul harus mencuri kesempatan untuk bertemu dengan Sipon. Paling sering keduanya bertemu di Pasar Klewer. Setiap bertemu, mereka membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.
Saat itu pula, Widji Thukul menceritakan beberapa daerah yang dikunjunginya dan beberapa kali ia meminta duit kepada sang istri untuk membiayai hidup pelarian. Selama pelarian, ia memiliki nama beberapa nama Samaran yaitu Paulus, Aloysius dan Martinus Martin. Ia juga sering memakai topi supaya tidak mudah dikenali.
Selain itu, Widji Thukul juga kerap menggunakan jaket saat keluar rumah untuk menyamarkan badannya yang kerempeng.
Widji Thukul Menghilang:
Pada tahun 1998, Wiji Thukul menghilang. Hilangnya Widji Thukul secara resmi diumumkan oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada tahun 2000.
Kontras menyatakan hilangnya Widji Thukul sekitar Maret 1998 karena diduga berkaitan dengan aktivitas politik yang dilakukan oleh Widji Thukul sendiri. Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru.
Penyebab hilangnya Thukul :
Kerusuhan pada Mei 1998 telah menyeret beberapa nama aktivis kedalam daftar pencarian aparat Kopassus Mawar.
Di antara para aktivis itu adalah aktivis dari Partai Rakyat Demokratik, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, JAKKER, pengusaha, mahasiswa, dan pelajar yang menghilang terhitung sejak bulan April hingga Mei 1998. Semenjak bulan Juli 1996, Thukul sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat.
Dalam pelariannya itu Thukul tetap menulis puisi-puisi pro-demokrasi yang salah satu di antaranya berjudul Para Jendral Marah-Marah. Pada tahun 2000, Sipon melaporkan hilangnya Thukul pada KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), namun Thukul belum ditemukan hingga kini.
Sejak dinyatakan hilang, sampai saat ini keberadaannya Widji Thukul masih misteri apakah ia masih hidup atau sudah tiada.***
Penulis : Jefri Asmoro Diyatno
Komentar
Posting Komentar